Minggu, 19 Juni 2016

Menjadi Guru untuk Keluarga

Assalamualaikum wr wb.
Pagi ini saya ikut hadir dalam acara seminar yang diadakan oleh TWG (Teacher Working Group). Acara yang bagus dan menarik sekali. Dengan pembicara yang juga super bagus. Salah satunya adalah Munif Chatib. Siapa yang tidak kenal dengan beliau? seorang gurunya manusia, pasti semua mengenalnya. Paparan beliau yang singkat, padat, ringkas, serta renyah sekali untuk pembuka hari Minggu pagi ini.

Kita pasti sangat mengenal anak kita secara fisik tetapi, kita belum tentu mengenal anak kita secara psikis. Satu kalimat pembuka yang menarik untuk saya. Sebelum masuk pada tema kita hari ini beliau memberikan sedikit paparan mengenai potensi anak. Orang tua, dimanapun berada harus yakin bahwa bagaimanapun kondisi setiap anak mereka pasti memiliki potensi. Hanya ada dua macam potensi menurutnya, yaitu:

1. Muncul sebagai KEMAMPUAN anak. Dimana anak tersebut secara normal mampu melakukan segala sesuatu sesuai dengan tahapan perkembangannya, dan

2. Muncul sebagai PENGARUH kepada lingkungannya. Walaupun anak tersebut terlahir tidak dengan kemampuan anak lain pada umumnya, tetapi anak ini memberikan pengaruh besar terhadap lingkungannya. Terutama lingkungan keluarganya. *Allah tidak pernah memproduksi produk gagal.

Potensi itu bakat, fitrah dari Tuhan. Cirinya adalah :

1. Terpendam
2. Harus dipantik
3. Pola asuh
4. Bakat bisa tidak muncul

Dari ciri di atas, bisa kita lihat bahwa bakat itu terpendam dalam diri masing-masing anak. Sebagai orangtua kita tinggal menumbuhkan bakat yang ada pada anak tersebut, bukan menanamkan bakat yang baru. INGAT!! Bakat anak adalah apa yang ada dalam diri anak. Jika bakat anak kita mirip atau sama dengan kita itu adalah wajar. Karena mereka adalah darah daging kita. Namun, jika bakatnya tidak sama maka kita sebagai orang tua jangan sampai memaksakan bakat yang kita inginkan ada pada diri anak kita. Bahkan bakat tersebut bisa saja tidak muncul karena stimulus yang tidak  kita berikan. Stimulus di rumah maupun di sekolah.

Berikut adalah tahapan perkembangan pendidikan anak:

7 tahun pertama anak adalah seorang RAJA
7 tahun kedua anak adalah seorang PEMBANTU
7 tahun ketiga anak adalah wazir atau KONSULTAN

Tahapan perkembangan anak dimulai dari 7 tahun pertama. Mengapa dikatakan Raja? karena saat usia tersebut anak bagaikan raja. Mereka bisa melakukan apapun yang mereka inginkan. Masanya anak-anak bermain. Tahapan kedua yaitu anak layaknya pembantu, disini anak sudah mulai menjajaki try and error. Dimana mereka mencari tahu sendiri apa yang tidak diketahuinya. Dan 7 tahun ketiga adalah dimana anak sudah bisa mengatasi dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Semua tahapan ini bisa berjalan dengan baik JIKA pada usia 7 tahun pertama anak sudah terpenuhi kebutuhannya. Berlanjut yang berikutnya itu akan berjalan sesuai dengan perkembangan. Namun, jika dari awal tahapan perkembangan sudah tidak terpenuhi maka akan sangat mungkin kehambatan akan dialami orangtua dan anak pada tahapan selanjutnya. Semuanya berawal dari terpenuhinya tahapan demi tahapan perkembangan anak tersebut.

Nah, bagaimana sih caranya menjadi guru untuk keluarga?

1. Hargai keinginan anak bermain.

Setiap anak adalah unik. Dan tidak ada anak yang tidak suka bermain. Pada dasarnya semua anak senang bermain. Hanya saja, sebagai orang tua terkadang kita lupa bahwa keinginan mereka hanya bermain. Dan kita lebih sering mengarahkannya untuk melakukan hal lain.

2.  Bersikap kanak-kanak.

Anak-anak sangat menyukai orang tua atau orang yang lebih tua darinya jika bersikap kanak-kanak seperti dirinya. Bukan berarti kita kekanak-kanakan. Tetapi, kita bisa mengerti posisi mereka sebagai anak-anak. Apa keinginan dan yang dibutuhkannya.

3. Berikan alternatif

Jika kita sebagai orang tua ataupun guru di kelas melihat anak yang sedang melakukan tindakan yang menurut kita orang tua kurang baik. Contoh mencoret-coret di tembok. Sebagai orang tua ataupun guru sebaiknya kita tidak langsung menghalangi kesenangan mereka, tetapi baiknya mungkin kita berikan alternatif lain untuk mencoret. Seperti menyediakan lat tulis dan gambar untuk mereka melakukan hal tersebut.

4. Penuhi kebutuhan anak

Segala kebutuhan anak pada tahapan perkembangannya harus terpenuhi. Bukan berarti setiap anak ingin kita berikan. Banyak sekali hal-hal yang anak-anak butuhkan pada tumbuh kembangnya namnu sebagai orang tua dan fasilitator kita tidak bisa memberikannya. Pastikan kebutuhan anak terpenuhi sesuai jenjangnya.

5. Fasilitator untuk anak

Orangtua adalah fasilitator bagi setiap anaknya. Berikan mereka fasilitas yang terbaik yang bisa kita berikan. Karena dengan hal ini anak bisa merasa bahwa orangtuanya selalu memberikan dan memfasilitasi nya dengan baik.

6. Sekolah menjadi pengembang bakat anak.

Seperti yang sudah dipaparkan di atas tadi, bahwa bakat sudah ada pada diri anak masing-masing. Orang tua tinggal membantu menumbuhkan bakat yang ada dalam diri anak tersebut. Sekolah adalah salah satu pengembang bakat anak. Terpenuhinya kebutuhan di rumah serta cocoknya sekolah dengan kondisi anak akan sangat mendukung pengembangan bakat anak tersebut.


Alhamdulillah, tadi adalah sedikit paparan oleh Munif Chatib yang saya rangkum dengan bahasa sederhana saya. Semoga bisa membantu para orang tua di rumah agar bisa dan mampu menjadi guru untuk keluarganya.
Wassalamualaikum wr wb





Tidak ada komentar:

Posting Komentar