Sabtu, 20 Agustus 2016

Disiplin Positif

Pagi yang cerah ini saya menghadiri sosialisasi disiplin positif yang di selenggarakan oleh Kampus Guru Cikal. Nara sumber hari ini yaitu Ibu Imelda Hutapea dibantu dengan Ibu Puti Damayanti. Acara dimulai pukul 10.00 di SD Yasporbi 3 Pasar Minggu.

Di awal pertemuan kita, Bu Imelda membuka dengan Ice Breaking yang cukup menarik. Yang saya sendiri bertanya tanya kenapa kok agak berbeda ya pembukanya. Bu Imelda mengajak kita semua yang ada di ruangan untuk berjalan jalan di sekitar ruangan saja dengan tantangan jika melihat temannya dilarang untuk tersenyum apalagi bertegur sapa. Selama kira-kira satu menit kami semua berkeliling kelas tanpa bertegur. Tantangan yang kedua, jika kita bertemu dengan teman kita boleh tersenyum tetapi tidak bertegur sapa. Alhamdulillah dua tantangan ini berjalan cukup baik dan kondusif tanpa suara apapun di kelas. Tantangan yang ketiga adalah jika kita bertemu teman baik yang sudah dikenal ataupun yang belum dikenal bisa bersapa, tersenyum, dan berkenalan. Waah, ini sudah menjadi budaya kita, sehingga semua peserta bisa langsung cair dalam tantangan tersebut. Dari tantangan pertama kita bisa sharing bahwa sangat tidak menyenangkan, sombong, dan bukan type orang Indonesia sekali yang jika bertemu orang lain kita harus cuek bahkan tersenyum saja tidak boleh. Lanjut ke tantangan kedua, ada salah satu peserta yang bilang bahwa ini lebih sulit dari tantangan yang pertama, karena kita hanya bisa tersenyum dengan teman kita tanpa berbicara dengannya. Dan yang ketiga ini sudah sangat menjiwai semua peserta jadi keadaan kelas menjadi lebih hangat dan cair. Semua peserta saling berkenalan satu sama lain. Pemaknaan yang bisa diambil adalah Alhamdulillah semua yang ada di ruangan adalah orang baik. Sehingga ketika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati kita itu akan sulit dilakukan. Sama halnya dengan murid kita di kelas. Mereka semua adalah anak-anak yang baik. Tanamkan dalam pikiran kita bahwa mereka semua adalah anak-anak yang baik. Satu kegiatan yang mengajak kita untuk berpikir positif.

Selanjutnya, kira-kira 34 peserta diajak untuk membentuk lingkaran yang pangkalnya itu nomer rumah mulai dari nol dan ujungnya nomer rumah tertinggi. Ini dilakukan tanpa suara juga. Hanya dengan isyarat. Setelah membentuk lingkaran, mulai ditanya satu persatu berapa nomer rumahnya. Yang salah bisa langsung berpindah dan teman lainnya membantu mencarikan tempat yang seharusnya. Bu Imelda membimbing dengan sangat baik. Saling tolong menolong. Ketika sudah berurutan, lima orang yang beurutan membentuk 1 kelompok sehingga ada sekitar 5 kelompok. Dari pembentukan kelompok ini pemaknaannya adalah, ketika ada yang salah mengurutkan nomer, Bu Imelda tidak marah bahkan beliau mengajak untuk tolong-menolong di mana seharusnya temannya berada. Sama halnya seperti kita di dalam kelas. Pasti ada beberapa anak yang suka melakukan kesalahan. Tugas kita adalah membantunya dengan mengajak temannya untuk membantu bukan menghakimi anak tersebut. Ini juga bisa kita aplikasikan di dalam kelas. Nambah lagi deh ilmu positifnya...

Dalam kelompok tersebut, orang kelima akan memimpin jalannya diskusi. Orang keempat, akan menjadi juru bicara ketika diminta perwakilan untuk berbicara. Orang ketiga diminta untuk menjadi juru tulis dalam diskusi. Orang kedua bertugas sebagai logistik, yaitu jika memerlukan bahan dalam diskusi maka orang kedualah yang mengambilnya. Dan orang pertama menjadi penopang pemimpin dalam diskusi tersebut. Masing-masing sudah mendapatkan jobdisc. 

Bu Imelda sedikit memberikan informasi tentang Kampus Guru Cikal. Bahwa Tema besar dari organinasi ini adalah Berbagi, Praktik, dan Cerdas. Komunitas ini selalu berbagi untuk guru-guru dimanapun berada. sedikit skema komunitas ini



Dari pemaparan tersebut diselingi klip film yang berjudul Matilda. Saya baru sekali menonton cuplikan film ini. Menarik, karena dalam cuplikan tersebut ada guru yang sangat terlihat galak untuk mengajar murid murid yang usianya masih dini. Guru tersebut tidak menyentuk murid, tidak menyakiti fisik tetapi secara psikis anak-anak sangat merasa takut diajarkan olehnya. Waah, saya jadi ingin menonton film ini secara lengkap. hehee..

Tugasnya adalah kita diajak untuk berdiskusi dengan teman satu kelompok apa sih yang dimaksud dengan disiplin? lebih mengarah kepada disiplin positif. Kurang lebih waktunya 15 menit untuk berdiskusi. Dan saya di temani dengan Bu Retno, Bu Diah, Bu Lina dan Bu Ika dalam tim kami. Intinya kelompok kami sepakat bahwa disiplin adalah pembiasaan perilaku positif yang bertujuan untuk mengikuti aturan yang telah disepakati bersama melalui contoh, pembiasaan, dan secara lisan ataupun tertulis, serta komitmen dalam menjalankannya. Cukup panjang yaaa......

Sebelum masing-masing kelompok menyebutkan kata kunci dari yang sudah didiskusikan, Bu Imelda memberitahu bahwa di Kampus Guru Cikal memakai metode Konstraktif  Based Learning di mana melibatkan peserta belajar agar lebih aktif dan memberdayakan mereka.

Lanjut lagi ke sesi diskusi. Jadi setelah ditanya 7 kelompok kata kunci ini yang keluar
kesadaran, perilaku, pembiasaan, kesepkatan, taat, teladan, tanggung jawab, aturan, komunikasi, dan ekspektasi atau harapan. Dari kata kunci yang ada, Bu Imelda mencoba untuk menyambungkan dengan apa yang sudah dibuat. Disiplin positif menekankan pada penciptaan lingkungan positif melalui pola komunikasi yang sufatnya membangun dan menguatkan. Tujuan dari disiplin positif itu sendiri yaitu
  

Banyak yang dikeluhkan oleh guru-guru saat ini, bahwa anak sekarang berbeda dengan anak jaman dulu. Memang Bu, Pak. Aanak sekarang berbeda dengan anak dulu. Tetapi bukan hanya anak yang berbeda, orang tua pun berbeda. Maka guru sekarang juga harus berbeda dengan guru dahulu. Jika anak sekarang lebih banyak nurut sama Gadget  karena pada benda tersebut menarik dan berwarna. Contohnya pada games. Games pada Gadget itu sangat menarik, mudah, dan jika kita tidak bisa maka bisa dilakukan secara berulang-ulang tanpa konsekuensi. Guru sekarang pun juga harus banyak memberikan warna warni dalam pembelajaran agar tidak kalah dengan games. Sudah tidak laku guru yang hanya memberikan tugas kemudian pergi meninggalkan murid di kelas. Apa yang terjadi jika pada hal tersebut? Ya, kebanyakan dari murid pasti akan berisik, gaduh, dan ramai karena seolah tidak ada "induk" dalam rumahnya. Bebas melakukan apapun. Dari hal tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa sebenarnya yang perlu di benahi dari dalam diri murid tersebut dulu. Penanaman kebiasaan positif jika tidak ada guru di kelas seperti apa. Jika itu sudah tertanam mudah-mudahan pembiasaan disiplin positif ini bisa berjalan. Tenang, di sini bukan hanya guru yang berperan aktif. Sedikit gambaran menganai disiplin positif




Tugas guru di sini memang yang lebih tercabang, yaitu bisa mengelola kelas dengan baik, memahami tumbuh kembang anak, dan bagaimana strategi dalam mengajarnya. Tetapi ini semua tidak akan berjalan dengan baik jika sistemnya belum  baik juga.

So, Disiplin positif  yaitu sikap atau perilaku permanen, bertahan untuk jangka panjang, bukan hanya sekedar menghentikan perilaku yang salah.
bukan juga sekedar patuh, tetapi tahu apa yang seharusnya dilakukan dan tahan godaan.
Harus dibangun sejak anak berusia diini. 

 Berikut strategi kelola kelas yang bisa diaplikasikan di kelas masing-masing :
1. Kerja kelompok
2. Refleksi
3. Tunjuk tangan
4. Bel
5. Bagi tugas (piket)
6. Sikap positif
7. Kesepakatan bersama (aturan kelas)

Naaahh, ini ilmu yang bisa saya sharingkan ke teman-teman mengenai sosialisasi hari ini. Semoga bisa menginspirasi untuk pembelajaran di kelas. Saya biasanya ketika mendapatkan ilmu baru suka menulis, karena saya takut lupa tetapi saya tidak ingin melupakan. Dan ada yang bilang ilmu itu akan hangus dalam waktu 5 tahun. Tetapi dengan menulis ini, saya bisa membaca kapan saja ketika saya lupa. Terima kasih.