Minggu, 30 Oktober 2016

Aku, Ibuku, dan Anakku

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamualaikum wr. wb..
Pagi ini saya mengikuti workshop yang cukup menarik untuk saya, dan sangat sayang sekali jika saya tidak menulisnya dalam jurnal online IbuguruChantik ini. Informasi mengenai workshop hari ini saya dapatkan dari rekan sejawat saya di tempat kerja yaitu Bu Esti. Walaupun peserta acara ini 75% adalah ibu, ayah, nenek, atau bahkan kakek namun, saya yang statusnya masih "coming soon" untuk menjadi seorang ibu juga tertarik dalam hal ini. Karena ini bekal untuk saya kelak. 

Pembicara pertama yaitu dr. Tania Nilamsari, Sp. A

dr. Tania sangat menjawab pertanyaan pertanyaan yang mungkin ada di benak ibu-ibu saat ini. Padahal sesi sharing baru dibuka loh. Banyak hal yang sudah menjadi kebiasaan kita dalam menangani anak yang kita sendiri pun sedikit banyak mendapatkan ilmu turunan dari orang tua kita, Pastinya ini banyak di alami oleh bapak dan ibu ya. Hal-hal kecil namun penting untuk kedepannya bayi kita, seperti ...
sebenarnya penggunaan bedak itu perlu gak sih untuk anak kita? Nah, dr Tania menyarankan supaya dari awal anak lahir seharusnya tidak perlu menggunakan bedak, karena dalam hal ini saluran pernapasan si anak belum berfungsi secara normal sehingga bisa saja butiran debu tersebut terhirup oleh anak. Pertanda awalnya mungkin ibu-ibu sering mendapati anak kerap batuk dan pilek. Ini mungkin saja terjadi akibat penggunaan bedak yang salah. 
Hal lain seperti apakah benar kopi dapat mencegah kejang pada anak?
Pernah dengar nasihat, "Berikan kopi sebanyak satu sendok teh kepada bayimu, setiap pagi." Menurut mitos, kopi bisa mencegah dan mengobati kejang pada bayi. Nah, sebenarnya kopi pada bayi tidak memberikan manfaat apapun karena kandungan kafein yang terdapat pada kopi bisa menyebabkan asam lambung meningkat, anak gelisah bahkan hiperaktif. Naahhh, bu ibuuu...yang masih menggunakan kopi ketika anak kejang, yuk mulai mengubahnya dengan bawa anak ke tempat yang nyaman, miringkan anak kita ke arah kiri dan kendorkan apapun yang dipakai oleh anak kita. Ini langkah awal jika kita mengalami anak yang kejang. 
selanjutnya..
Apakah iya jika bayi diare pertanda bayi akan pintar?
bayi memang rentan mengalami diare dikarenakan rotavirus. Diare pada bayi ini dapat disebabkan oleh bakteri atau alergi susu. Menjadi penting bagi ibu-ibu untuk mengaplikasikan ilmu parenting yang sudah di dapat bahwa bayi baru bisa diberikan asupan selain ASI itu setelah 6 bulan. Sebelum 6 bulan bayi masih tercukupi kebutuhannya dengan ASI. Hayoo, yang baru 3 bulan udah mulai diberikan makan hati-hati yaaa....
Apakah bayi perlu dibedong supaya kaki tidak bengkok?
Naaah, tradisi menggendong bayi adalah tradisi turun menurun masyarakat di Asia. Semua kaki bayi memang masih menyesuaikan dengan posisi saat meringkuk 9 bulan dalam rahim, artinya posisi kakinya masih bengkok dan tidak ada hubungannya antara membedong bayi dengan meluruskan kakinya. Diperbolehkan untuk sekedar menghangatkan bayi dan menyamankan bayi. Jadi, tidak berpengaruh apa-apa yaaa bu membedong dengan meluruskan kaki bayi kita..
Pertanyaan terakhir untuk sesi satu ini Apakah benar jika bunda/ibu di rumah mendapatkan ASI yang berwarna kuning lantas dibuang saja?
Disini dr Tania menyarankan bahwa ASI kuning juga ada manfaatnya untuk bayi kita, kolostrum yang ada pada ASI kuning bermanfaat untuk mengenyangkan bayi pada hari-hari pertama hidupnya. Jadi, jika bunda/ibu di rumah pernah mengalaminya dan langsung dibuang sayang yaaa bu, karena banyak sekali manfaatnya ternyata...

Lanjut ke sesi dua yaaa...
dengan Ibu Tari Sandjoo (Psikolog)
Sebagai ahli Psikolog Bu Tari sangat menarik sekali dalam pemaparannya dan penyampaian materinya. Usia 0-18 bulan pada bayi adalah masanya orang tua dalam mengasuh dan merawat anak dengan sangat baik, karena dalam usia sampai dengan 18 bulan ini bayi baru benar-benar mengenal dunianya dan masa-masa ini sangat berpengaruh terhadap sentuhan-sentuhan orangtuanya. Pada masa ini juga bayi baru mulai percaya dan bisa berinteraksi dengan ibu melalui tangisannya pada setiap jamnya dan ibu mulai memahami jika bayi tersebut belum minum atau belum ganti popok. Saat ini adalah momennya banget untuk orangtua. 

“How teens can relate well with adult depend on their attachment experience in early years.
Attachment : Bonding between ceregiver and child in early life”
-Bowlby,1970

Nah, bentuk kelekatan apa saja yang sudah ibu ibu berikan nih? karena ternyata bentuk kelekatan yang terjalanin antara orang tua dengan anak berpengaruh terhadap interaksinya dan perilaku anak sampai dewasa loh....
kalo kita memberikan rasa aman kepada anak kita, maka interaksi yang dilakukan sangat bersikap tenang dan nyaman terhadap anak, sehingga ketika remaja anak akan menunjukkan kepercayaan diri dan konsep diri yang positif. Mereka juga akan menunjukkan identitas pribadi diantara kelompok usianya. Nah kalo kita bentuk kelekatannya dengan rasa cemas maka interaksi yang muncul pada kita sebagai orangtua biasanya menunjukkan inkonsisten bahkan kadang menunjukkan depresi dan cemas. Nah kalau sudah seperti ini perilaku yang muncul ketika remaja biasanya anak menjadi sangat tergantung kepada orang lain. yuuuuk bu ibu mulai percaya kepada anak kita, sehingga ketika kita memberikan stimulus yang baik maka produk yang dihasilkan juga baik kan. heheee...

Begitu banyak dilema yang dialami oleh para orangtua jika kakek dan neneknya juga turut serta dalam mengikuti tumbuh kembang cucunya. 

seperti " Saya gak suka sebenarnya kalo Damien makan di depan TV. Tapi gimana, omanya kalau nyuapin selalu sambil nonton."

di sisi lain di Nenek "Ga ngerti dengan cara pengasuhan sekarang. Cucuku diasuh sama Ipad."

Hal-hal seperti ini yang sebenernya harus banyak kita diskusikan dengan orang-orang yang memang sering terlibat dalam keseharian si kecil. Seperti ayah, mertua, bahkan ibu sendiri dan baby sitter. Contoh misalnya ketika dalam tahapan tumbuh kembang si anak lagi memperkaya kosa kata nya. Si Ibu sangat menjaga agar kosa kata pertama yang anak dapatkan adalah yang terbaik, misalnya dalam sebulan ketika siapa saja sedang ingin bersama si anak bisa didiskusikan bahwa untuk sebulan ini tolong jika sedang bersama anak tidak menyalakan tv. Satu hal saja yang kita bisa konsisten untuk semua yang berada di keseharian si anak itu juga sudah cukup maksimal. Sisanya, jika memang kita masih tergantung dengan orangtua dan mba ya diikhlaskan saja karena dilema orangtua berkarir kadang memang seperti itu ya bu..

Dari contoh masalah di atas bisa kita tarik kesimpulan bahwa yang menjadi pokok masalah biasanya:
1. Ekspektasi tidak sama
2. Pemahaman tentang pola pengasuhan
3. Memanjakan

Gimana caranya?

1. Sepakati tujuan pengasuhan

Dalam tahap ini perlu pengingat yang berulang dan berbeda di setiap tahapan perkembangan anak. serta berikan intofmasi. Misalnya ayah atau ibu kita yang ngotot minta memberikan asupan makanan sebelum 6 bulan, maka kita bisa nih browsing atau bahkan kita sudah punya rekomendasi Psikolog dan dokter mengenai hal tersebut. Sehingga orangtua kita tidak merasa bahwa sedih ketika sarannya tidak dipakai oleh anaknya.

2. Choose your Battle!

seperti yang sudah saya jelaskan tadi, sepakati bersama dulu apa yang ingin dilakukan. Sisanya serahkan pada yang mendampingi kesehariannya.

3. Sepakati Jalan Tengah

Banyak diskusi untuk setiap isu yang beredar, dengarkan dan jangan terlalu banyak mendiskusikan isu, maksimal 3 isu saja yng dibahas. Setelah itu buat kesepakatan bersama dengan orangtua dan mertua. Baru tinjau ulang jika memang diperlukan. 

4. Respect

Sepakati peran dan saling menghormati peran masing-masing. Tahan mulut yaaa....

5. Kurangi rasa memiliki

Biasanya dalam hal ini banyak terjadi di orang tua kita. Orang tua merasa sangat memiliki cucu seperti memiliki anaknya sendiri. Setiap orang tua baru pasti punya aturan "ideal" sendiri dan setiap orang tua baru pasti punya "trauma" sendiri di masa kecilnya...

6. Melakukan Hobi bersama
7. Legowo

Sesi 3 diisi dengan sharing Mba Shelomita dan Ibu Marini yaitu bagaimana sih resepnya bisa mengatur ke lima anaknya dengan baik namun karir juga bisa terus berjalan dengan baik?
Disini Mba Mita sangat menginspirasi karena mempunyai lima anak dan semuanya mendapatkan stimulus yang baik bahkan karirnya pun terus berjalan dengan baik. Kuncinya adalah komunikasi. Komunikasi yang baik dengan suami, ibu, mertua, atau bahkan mba di rumah adalah satu hal penting yang tidak semua orang bisa konsis dalam melakukannya. Dan Ibu Marini juga nenek yang sangat mengerti anaknya, ketika dititipkan cucunya oleh anaknya maka Ibu Marini menjalankan apa yang menjadi aturan di rumahnya anak-anak juga. Jadi, tidak ada celah untuk anak lari ke oma atau ke opa nya karena tidak bisa mendapatkan sesuatu dari ayah ibunya karena memang peraturan yang dilakukan sudah sejalan antara di rumah dengan di rumah oma. 

kita tutup dengan kutipan "The simplest toy, one which even child can operate, is called a Grandparent"

Kutipan yang sangat bagus, dan bisa diingat ya bu ibu bahwa setiap yang orang tua kita lakukan terhadap anak kita adalah tidak lain bahwa mereka sangat cinta terhadap cucunya. Semoga bermanfaat :)

Waasalamualaikum wr wb





Sabtu, 20 Agustus 2016

Disiplin Positif

Pagi yang cerah ini saya menghadiri sosialisasi disiplin positif yang di selenggarakan oleh Kampus Guru Cikal. Nara sumber hari ini yaitu Ibu Imelda Hutapea dibantu dengan Ibu Puti Damayanti. Acara dimulai pukul 10.00 di SD Yasporbi 3 Pasar Minggu.

Di awal pertemuan kita, Bu Imelda membuka dengan Ice Breaking yang cukup menarik. Yang saya sendiri bertanya tanya kenapa kok agak berbeda ya pembukanya. Bu Imelda mengajak kita semua yang ada di ruangan untuk berjalan jalan di sekitar ruangan saja dengan tantangan jika melihat temannya dilarang untuk tersenyum apalagi bertegur sapa. Selama kira-kira satu menit kami semua berkeliling kelas tanpa bertegur. Tantangan yang kedua, jika kita bertemu dengan teman kita boleh tersenyum tetapi tidak bertegur sapa. Alhamdulillah dua tantangan ini berjalan cukup baik dan kondusif tanpa suara apapun di kelas. Tantangan yang ketiga adalah jika kita bertemu teman baik yang sudah dikenal ataupun yang belum dikenal bisa bersapa, tersenyum, dan berkenalan. Waah, ini sudah menjadi budaya kita, sehingga semua peserta bisa langsung cair dalam tantangan tersebut. Dari tantangan pertama kita bisa sharing bahwa sangat tidak menyenangkan, sombong, dan bukan type orang Indonesia sekali yang jika bertemu orang lain kita harus cuek bahkan tersenyum saja tidak boleh. Lanjut ke tantangan kedua, ada salah satu peserta yang bilang bahwa ini lebih sulit dari tantangan yang pertama, karena kita hanya bisa tersenyum dengan teman kita tanpa berbicara dengannya. Dan yang ketiga ini sudah sangat menjiwai semua peserta jadi keadaan kelas menjadi lebih hangat dan cair. Semua peserta saling berkenalan satu sama lain. Pemaknaan yang bisa diambil adalah Alhamdulillah semua yang ada di ruangan adalah orang baik. Sehingga ketika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati kita itu akan sulit dilakukan. Sama halnya dengan murid kita di kelas. Mereka semua adalah anak-anak yang baik. Tanamkan dalam pikiran kita bahwa mereka semua adalah anak-anak yang baik. Satu kegiatan yang mengajak kita untuk berpikir positif.

Selanjutnya, kira-kira 34 peserta diajak untuk membentuk lingkaran yang pangkalnya itu nomer rumah mulai dari nol dan ujungnya nomer rumah tertinggi. Ini dilakukan tanpa suara juga. Hanya dengan isyarat. Setelah membentuk lingkaran, mulai ditanya satu persatu berapa nomer rumahnya. Yang salah bisa langsung berpindah dan teman lainnya membantu mencarikan tempat yang seharusnya. Bu Imelda membimbing dengan sangat baik. Saling tolong menolong. Ketika sudah berurutan, lima orang yang beurutan membentuk 1 kelompok sehingga ada sekitar 5 kelompok. Dari pembentukan kelompok ini pemaknaannya adalah, ketika ada yang salah mengurutkan nomer, Bu Imelda tidak marah bahkan beliau mengajak untuk tolong-menolong di mana seharusnya temannya berada. Sama halnya seperti kita di dalam kelas. Pasti ada beberapa anak yang suka melakukan kesalahan. Tugas kita adalah membantunya dengan mengajak temannya untuk membantu bukan menghakimi anak tersebut. Ini juga bisa kita aplikasikan di dalam kelas. Nambah lagi deh ilmu positifnya...

Dalam kelompok tersebut, orang kelima akan memimpin jalannya diskusi. Orang keempat, akan menjadi juru bicara ketika diminta perwakilan untuk berbicara. Orang ketiga diminta untuk menjadi juru tulis dalam diskusi. Orang kedua bertugas sebagai logistik, yaitu jika memerlukan bahan dalam diskusi maka orang kedualah yang mengambilnya. Dan orang pertama menjadi penopang pemimpin dalam diskusi tersebut. Masing-masing sudah mendapatkan jobdisc. 

Bu Imelda sedikit memberikan informasi tentang Kampus Guru Cikal. Bahwa Tema besar dari organinasi ini adalah Berbagi, Praktik, dan Cerdas. Komunitas ini selalu berbagi untuk guru-guru dimanapun berada. sedikit skema komunitas ini



Dari pemaparan tersebut diselingi klip film yang berjudul Matilda. Saya baru sekali menonton cuplikan film ini. Menarik, karena dalam cuplikan tersebut ada guru yang sangat terlihat galak untuk mengajar murid murid yang usianya masih dini. Guru tersebut tidak menyentuk murid, tidak menyakiti fisik tetapi secara psikis anak-anak sangat merasa takut diajarkan olehnya. Waah, saya jadi ingin menonton film ini secara lengkap. hehee..

Tugasnya adalah kita diajak untuk berdiskusi dengan teman satu kelompok apa sih yang dimaksud dengan disiplin? lebih mengarah kepada disiplin positif. Kurang lebih waktunya 15 menit untuk berdiskusi. Dan saya di temani dengan Bu Retno, Bu Diah, Bu Lina dan Bu Ika dalam tim kami. Intinya kelompok kami sepakat bahwa disiplin adalah pembiasaan perilaku positif yang bertujuan untuk mengikuti aturan yang telah disepakati bersama melalui contoh, pembiasaan, dan secara lisan ataupun tertulis, serta komitmen dalam menjalankannya. Cukup panjang yaaa......

Sebelum masing-masing kelompok menyebutkan kata kunci dari yang sudah didiskusikan, Bu Imelda memberitahu bahwa di Kampus Guru Cikal memakai metode Konstraktif  Based Learning di mana melibatkan peserta belajar agar lebih aktif dan memberdayakan mereka.

Lanjut lagi ke sesi diskusi. Jadi setelah ditanya 7 kelompok kata kunci ini yang keluar
kesadaran, perilaku, pembiasaan, kesepkatan, taat, teladan, tanggung jawab, aturan, komunikasi, dan ekspektasi atau harapan. Dari kata kunci yang ada, Bu Imelda mencoba untuk menyambungkan dengan apa yang sudah dibuat. Disiplin positif menekankan pada penciptaan lingkungan positif melalui pola komunikasi yang sufatnya membangun dan menguatkan. Tujuan dari disiplin positif itu sendiri yaitu
  

Banyak yang dikeluhkan oleh guru-guru saat ini, bahwa anak sekarang berbeda dengan anak jaman dulu. Memang Bu, Pak. Aanak sekarang berbeda dengan anak dulu. Tetapi bukan hanya anak yang berbeda, orang tua pun berbeda. Maka guru sekarang juga harus berbeda dengan guru dahulu. Jika anak sekarang lebih banyak nurut sama Gadget  karena pada benda tersebut menarik dan berwarna. Contohnya pada games. Games pada Gadget itu sangat menarik, mudah, dan jika kita tidak bisa maka bisa dilakukan secara berulang-ulang tanpa konsekuensi. Guru sekarang pun juga harus banyak memberikan warna warni dalam pembelajaran agar tidak kalah dengan games. Sudah tidak laku guru yang hanya memberikan tugas kemudian pergi meninggalkan murid di kelas. Apa yang terjadi jika pada hal tersebut? Ya, kebanyakan dari murid pasti akan berisik, gaduh, dan ramai karena seolah tidak ada "induk" dalam rumahnya. Bebas melakukan apapun. Dari hal tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa sebenarnya yang perlu di benahi dari dalam diri murid tersebut dulu. Penanaman kebiasaan positif jika tidak ada guru di kelas seperti apa. Jika itu sudah tertanam mudah-mudahan pembiasaan disiplin positif ini bisa berjalan. Tenang, di sini bukan hanya guru yang berperan aktif. Sedikit gambaran menganai disiplin positif




Tugas guru di sini memang yang lebih tercabang, yaitu bisa mengelola kelas dengan baik, memahami tumbuh kembang anak, dan bagaimana strategi dalam mengajarnya. Tetapi ini semua tidak akan berjalan dengan baik jika sistemnya belum  baik juga.

So, Disiplin positif  yaitu sikap atau perilaku permanen, bertahan untuk jangka panjang, bukan hanya sekedar menghentikan perilaku yang salah.
bukan juga sekedar patuh, tetapi tahu apa yang seharusnya dilakukan dan tahan godaan.
Harus dibangun sejak anak berusia diini. 

 Berikut strategi kelola kelas yang bisa diaplikasikan di kelas masing-masing :
1. Kerja kelompok
2. Refleksi
3. Tunjuk tangan
4. Bel
5. Bagi tugas (piket)
6. Sikap positif
7. Kesepakatan bersama (aturan kelas)

Naaahh, ini ilmu yang bisa saya sharingkan ke teman-teman mengenai sosialisasi hari ini. Semoga bisa menginspirasi untuk pembelajaran di kelas. Saya biasanya ketika mendapatkan ilmu baru suka menulis, karena saya takut lupa tetapi saya tidak ingin melupakan. Dan ada yang bilang ilmu itu akan hangus dalam waktu 5 tahun. Tetapi dengan menulis ini, saya bisa membaca kapan saja ketika saya lupa. Terima kasih.